camne? dah bis khatam quran? hari ni dah 17 ramadhan kan. hari di mana diturunkan al quran [nuzul quran]. dan cuma tinggal lagi 13 hari untuk ramadhan meninggalkan kita. sedih sangat2 kan.. bulan yang penuh keberkatan akan berakhir. andai hayat kita panjang, boleh la jumpe next ramadhan, tp andai tak sempat?. so sementara ramadhan masih di sini, marilah kita sama2 mencari keberkatannya, memohon keampunan di pertengahan ramadhan ni dan sama2 mencari satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan iaitu malam al qadar [lailatul qadar].
Lailatul Qadr tersusun dari dua kata, lailah (lailatun) dan al-qadr. Lailah artinya malam, sedangkan al-qadr artinya asy-syaraf walizham (kemuliaan dan kebesaran).
Maka Lailatul Qadr artinya malam kemulian atau kebesaran, yang kemuliaan dan kebesarannya tidak ada bandingnya. Ia mulia karena terpilih sebagai malam turunnya AlQuran dan menjadi titik tolak segala kemuliaan yang dapat diraih.
Ada pula pendapat lain. Dalam kitab Tafsir al-Munir disebutkan, "Makna al-qadr adalah at-taqdir (penetapan). Dan Lailatul Qadr diberi nama demikian karena Allah Ta' ala menakdirkan pada malam itu apa-apa yang dikehendaki-Nya berupa penetapan-Nya sampai tahun mendatang mengenai urusan maut, ajal, rezeki, dan sebagainya."
Tapi bukankah ditakdirkannya segala perkara itu pada malam Nishfu Sya’ban? Jika timbul pertanyaan demikian, penjelasannya tertera dalam kitab Tafsir ash-Shawi Juz IV
halaman 320, "Maka jika engkau berkata 'Sesungguhnya ditakdirkannya segala perkara itu pada malam Nishfu Sya'ban', jawabannya, 'Permulaan takdir adalah malam Nishfu Sya'ban, dan diserahkannya kepada para malaikat adalah pada Lailatul Qadr'."
Ada pula yang mengartikan bahwa al-qadr adalah "sempit". Malam tersebut adalah malam yang sempit, kerana banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti yang ditegaskan dalam surah Al-Qadr, "Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan."
Ketiga erti tersebut pada hakikatnya dapat menjadi benar semuanya. Kerana, bukankah malam tersebut adalah malam mulia; yang bila dapat diraih ia menetapkan masa depan manusia, dan pada malam itu malaikat-malaikat turun ke bumi membawa kedamaian dan ketenangan?
Malam ke berapa ia hadir?
Mengenai pada malam keberapa kemunculannya di bulan Ramadhan, para ulama berbeza pendapat. Ada yang mengatakan, ia dapat muncul pada malam keberapa saja. Ada pula yang berpendapat, Lailatul Qadr itu berpindah-pindah pada sepuluh hari yang terakhir bulan Ramadhan. Pendapat lain mengatakan, ia berpindah-pindah pada malam-malam yang ganjil dari sepuluh hari yang terakhir itu.
Ada juga yang mengatakan, di malam ke21. Ada yang berpendapat, di malam ke23. Ulama lain mengatakan, di malam ke25. Sebahagian yang lain mengatakan, di malam ke27. Dan ada pula yang berpendapat bahawa ia muncul di malam ke29.
Masing-masing memiliki dasar atas pendapatnya sendiri. Di sini disebutkan salah satunya, iaitu pendapat yang mengatakan bahawa ia muncul di malam ke27. Beberapa hadits dan isyarat menguatkan pendapat ini. Diriwayatkan dari Ibnu Umar RA, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Barang siapa berusaha menuntutnya, hendaklah ia menuntutnya pada malam kedua puluh tujuh'." (HR Ahmad).
Apakah, bila Lailatul Qadr hadir, ia akan ditemui setiap orang yang terjaga (tidak tidur) pada malam itu, meskipun tidak mengisinya dengan ibadah?. Menurut keterangan-keterangan yang ada, malam ini tidak akan ditemui oleh orang-orang yang tidak mempersiapkan diri dan menyucikan jiwa menyambutnya. Kebaikan dan kemuliaan yang dihadirkan oleh malam ini tidak mungkin akan diraih kecuali oleh orang-orang tertentu saja.
Tanda2 lailatul qadar:
Mengenai tanda-tanda Lailatul Qadr, para ulama berbeza pendapat. Di antaranya, orang yang mendapati malam Lailatul Qadr melihat bahawa segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit bersujud kepada Allah. Ada juga yang mengatakan, tandanya adalah alam terang benderang walaupun di tempat-tempat yang gelap. Ada lagi yang mengatakan, orang yang mendapatkan malam itu mendengar salam para malaikat dan tutur katanya.
Sedangkan keterangan yang disebutkan dalam hadits adalah, pagi harinya matahari terbit dalam bentuk yang sangat putih bersih bagai bulan purnama, tidak memancarkan sinar yang keras, melainkan lembut saja. Siang harinya tidak terasa panas, padahal matahari sangat cerah, terang benderang. Udaranya sangat nyaman, tidak panas dan tidak pula dingin.
Untuk mendapatkan keutamaan malam ini dan memperoleh pahala seribu bulan itu, tidak disyaratkan kita mengetahui bahwa malam itu adalah Lailatul Qadr, melainkan cukup adanya mushadafah (yakni berkebetulan atau bertepatan). Ertinya, jika amal-amal ibadah yang kita lakukan ternyata bertepatan dengan malam itu, bererti kita telah mendapatkannya, meskipun kita tahu bahwa malam itu adalah Lailatul Qadr. Memang terkadang sebagian orang soleh "dibukakan" mengenai malam tersebut, tetapi itu tidak menjadi syarat untuk memperoleh pahala seribu bulan.
Untuk menghasilkan terbukanya malam yang diberkati ini, AI-Ghazali dalam Ihya' Ulumiddin juz I halaman 242 mengatakan, "Dan Lailatul Qadr itu sebutan untuk suatu malam yang terbuka dengan nyata padanya sesuatu dari Alam Malakut, dan ia itulah yang dimaksud dalam firman Allah, 'Sesungguhya Aku turunkan dia pada malam kemuliaan'. Barang siapa meletakkan di antara hati dan dadanya kantung makanan (ertinya memenuhi perutnya), ia terdinding darinya.
Dan orang yang mengosongkan perut besarnya pun belum mencukupi baginya untuk mengangkat hijab sebelum dikosongkannya gerak hatinya dari segala sesuatu selain Allah Azza wa Jalla."
Dalam rangka menyambut kehadiran Lailatul Qadr itu, yang Nabi SAW ajarkan kepada umatnya antara lain adalah melakukan i'tikaf di masjid. Walaupun dapat dilakukan bila2 saja dan dalam waktu berapa lama saja (bahkan ada yang mengatakan, walaupun hanya sesaat selama ada niat yang suci), baginda selalu melakukannya pada sepuluh hari terakhir bulan puasa. Di sanalah baginda bertadarus dan merenung sambil berdoa.
Lailatul Qadr yang ditemui atau yang menemui Nabi SAW pertama kali adalah ketika baginda menyendiri di Gua Hira, merenung tentang diri baginda dan masyarakat. Ketika jiwa baginda telah mencapai kesuciannya, turunlah ar-Ruh (Malaikat Jibril) membawa ajaran dan bimbingan kepada baginda, sehingga tejadilah perubahan total dalam perjalanan hidup baginda, bahkan perjalanan hidup umat manusia. Jadi, kalau kita ingin mendapatkan perubahan yang lebih baik dalam kehidupan kita, marilah kita manfaatkan kehadiran malam mulia ini sebaik-baiknya.
doa lailatul qadr:
0 comments:
Post a Comment