Monday, September 7, 2009

laila al qadar

assalamualaikum ya sohabi..

camne? dah bis khatam quran? hari ni dah 17 ramadhan kan. hari di mana diturunkan al quran [nuzul quran]. dan cuma tinggal lagi 13 hari untuk ramadhan meninggalkan kita. sedih sangat2 kan.. bulan yang penuh keberkatan akan berakhir. andai hayat kita panjang, boleh la jumpe next ramadhan, tp andai tak sempat?. so sementara ramadhan masih di sini, marilah kita sama2 mencari keberkatannya, memohon keampunan di pertengahan ramadhan ni dan sama2 mencari satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan iaitu malam al qadar [lailatul qadar].



Lailatul Qadr tersusun dari dua kata, lailah (lailatun) dan al­-qadr. Lailah artinya malam, sedang­kan al-qadr artinya asy-syaraf wal­izham (kemuliaan dan kebesaran).

Maka Lailatul Qadr artinya malam kemulian atau kebesaran, yang ke­muliaan dan kebesarannya tidak ada bandingnya. Ia mulia karena ter­pilih sebagai malam turunnya Al­Quran dan menjadi titik tolak segala kemuliaan yang dapat diraih.


Ada pula pendapat lain. Dalam ki­tab Tafsir al-Munir disebutkan, "Makna al-qadr adalah at-taqdir (penetapan). Dan Lailatul Qadr di­beri nama demikian karena Allah Ta' ala menakdirkan pada malam itu apa-apa yang dikehendaki-Nya be­rupa penetapan-Nya sampai tahun mendatang mengenai urusan maut, ajal, rezeki, dan sebagainya."

Tapi bukankah ditakdirkannya segala perkara itu pada malam Nish­fu Sya’ban? Jika timbul pertanyaan demikian, penjelasannya tertera da­lam kitab Tafsir ash-Shawi Juz IV
halaman 320, "Maka jika engkau berkata 'Sesungguhnya ditakdirkan­nya segala perkara itu pada malam Nishfu Sya'ban', jawabannya, 'Per­mulaan takdir adalah malam Nishfu Sya'ban, dan diserahkannya kepada para malaikat adalah pada Lailatul Qadr'."

Ada pula yang mengartikan bah­wa al-qadr adalah "sempit". Malam tersebut adalah malam yang sempit, kerana banyaknya malaikat yang tu­run ke bumi, seperti yang ditegaskan dalam surah Al-Qadr, "Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan."

Ketiga erti tersebut pada hakikat­nya dapat menjadi benar semuanya. Kerana, bukankah malam tersebut adalah malam mulia; yang bila da­pat diraih ia menetapkan masa depan manusia, dan pada malam itu malaikat-malaikat turun ke bumi membawa kedamaian dan ketenang­an?

Malam ke berapa ia hadir?

Mengenai pada malam keberapa kemunculannya di bulan Rama­dhan, para ulama berbeza pendapat. Ada yang mengatakan, ia dapat mun­cul pada malam keberapa saja. Ada pula yang berpendapat, Lailatul Qadr itu berpindah-pindah pada sepuluh hari yang terakhir bu­lan Ramadhan. Pendapat lain me­ngatakan, ia berpindah-pindah pada malam-malam yang ganjil dari sepu­luh hari yang terakhir itu.

Ada juga yang mengatakan, di ma­lam ke21. Ada yang berpendapat, di malam ke23. Ulama lain mengatakan, di malam ke25. Sebahagian yang lain mengatakan, di malam ke27. Dan ada pula yang ber­pendapat bahawa ia muncul di malam ke29.

Masing-masing memiliki dasar atas pendapatnya sendiri. Di sini disebutkan salah satunya, iaitu pen­dapat yang mengatakan bahawa ia muncul di malam ke27. Beberapa hadits dan isyarat me­nguatkan pendapat ini. Diriwayat­kan dari Ibnu Umar RA, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Barang siapa berusaha menuntutnya, hendak­lah ia menuntutnya pada malam ke­dua puluh tujuh'." (HR Ahmad).

Apakah, bila Lailatul Qadr hadir, ia akan ditemui setiap orang yang terjaga (tidak tidur) pada malam itu, meskipun tidak meng­isinya dengan ibadah?. Menurut keterangan-keterangan yang ada, ma­lam ini tidak akan ditemui oleh orang-orang yang tidak mempersiap­kan diri dan menyucikan jiwa menyambutnya. Kebaikan dan ke­muliaan yang dihadirkan oleh ma­lam ini tidak mungkin akan diraih kecuali oleh orang-orang tertentu saja.

Tanda2 lailatul qadar:

Mengenai tanda-tanda Lailatul Qadr, para ulama berbeza pendapat. Di antaranya, orang yang mendapati malam Lailatul Qadr melihat bahawa segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit bersujud kepada Allah. Ada juga yang mengatakan, tandanya adalah alam terang benderang walaupun di tempat-tempat yang gelap. Ada lagi yang mengatakan, orang yang mendapatkan malam itu mendengar salam para malaikat dan tu­tur katanya.

Sedangkan keterangan yang di­sebutkan dalam hadits adalah, pagi harinya matahari terbit dalam ben­tuk yang sangat putih bersih bagai bulan purnama, tidak memancarkan sinar yang keras, melainkan lembut saja. Siang harinya tidak terasa pa­nas, padahal matahari sangat cerah, terang benderang. Udaranya sangat nyaman, tidak panas dan tidak pula dingin.

Untuk mendapatkan keutamaan malam ini dan memperoleh pahala seribu bulan itu, tidak disyaratkan kita mengetahui bahwa malam itu adalah Lailatul Qadr, melainkan cu­kup adanya mushadafah (yakni ber­kebetulan atau bertepatan). Ertinya, jika amal-amal ibadah yang kita lakukan ternyata bertepatan dengan malam itu, bererti kita telah men­dapatkannya, meskipun kita tahu bahwa malam itu adalah Lailatul Qadr. Memang terkadang sebagian orang soleh "dibukakan" mengenai malam tersebut, tetapi itu tidak men­jadi syarat untuk memperoleh pahala seribu bulan.

Untuk menghasilkan terbukanya malam yang diberkati ini, AI-Ghazali dalam Ihya' Ulumiddin juz I halaman 242 mengatakan, "Dan Lailatul Qadr itu sebutan untuk suatu malam yang terbuka dengan nyata padanya se­suatu dari Alam Malakut, dan ia itu­lah yang dimaksud dalam firman Allah, 'Sesungguhya Aku turunkan dia pada malam kemuliaan'. Barang siapa meletakkan di antara hati dan dadanya kantung makanan (ertinya memenuhi perutnya), ia terdinding darinya.

Dan orang yang mengosong­kan perut besarnya pun belum men­cukupi baginya untuk mengangkat hijab sebelum dikosongkannya gerak hatinya dari segala sesuatu selain Allah Azza wa Jalla."

Dalam rangka menyambut ke­hadiran Lailatul Qadr itu, yang Nabi SAW ajarkan kepada umatnya anta­ra lain adalah melakukan i'tikaf di masjid. Walaupun dapat dilakukan bila2 saja dan dalam waktu berapa lama saja (bahkan ada yang menga­takan, walaupun hanya sesaat sela­ma ada niat yang suci), baginda selalu melakukannya pada sepuluh hari terakhir bulan puasa. Di sana­lah baginda bertadarus dan merenung sambil berdoa.

Lailatul Qadr yang ditemui atau yang menemui Nabi SAW pertama kali adalah ketika baginda menyendiri di Gua Hira, merenung tentang diri baginda dan masyarakat. Ketika jiwa baginda telah mencapai kesuciannya, turunlah ar-Ruh (Malaikat Jibril) membawa ajaran dan bimbingan ke­pada baginda, sehingga tejadilah per­ubahan total dalam perjalanan hi­dup baginda, bahkan perjalanan hidup umat manusia. Jadi, kalau kita ingin mendapatkan perubahan yang lebih baik dalam kehidupan kita, marilah kita manfaatkan kehadiran malam mulia ini sebaik-baiknya.

doa lailatul qadr:




0 comments:

Post a Comment